SYL-AAS Punya Kans

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Syahrul Yasin Limpo dan Andi Amran Sulaiman, dua nama yang didorong oleh sejumlah elite untuk ditawarkan kepada Anies Baswedan sebagai kandidat calon wakil presiden dari kawasan timur Indonesia. Keduanya dinilai bisa mengulang kesuksesan Jusuf Kalla di pentas perpolitikan nasional.

Posisi calon wakil presiden akan menjadi penentu keterpilihan pada pemilihan presiden 2024. Masing-masing bakal calon presiden hingga saat ini masih menimbang figur yang layak menjadi pasangan.

Baik Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, maupun Prabowo Subianto, hingga kini belum memastikan sosok yang akan ditemani untuk merebut posisi 01 dan 02 di Republik ini.

Dari wilayah timur, ada dua nama yang kerap diikutkan dalam bursa bakal calon wakil presiden yakni Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) dan mantan Menteri Pertanian Andi Amran Sudirman (AAS). Secara spesifiknya, keduanya disebut tokoh dari kawasan timur yang layak didorong untuk mendampingi bakal calon presiden, Anies Rasyid Baswedan.

Yang terbaru, Ketua Majelis Syura DPP Partai Ummat, Amien Rais berharap, calon presiden (capres) dari Koalisi Perubahan Anies Rasyid Baswedan memilih wakil calon presiden dari Indonesia bagian timur pada Pilpres 2024.

Dia menyebut, pilihan itu sebagai garansi bila Anies ingin memenangkan pertarungan di Pilpres 2024.

"Karena itu wakilnya menurut perhitungan nasional, sebaiknya tokoh yang datang dari Indonesia timur," kata Amien, pekan lalu.

Amien menyebut, langkah itu untuk menirukan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) pada Pilpres 2004.

Dengan dipilihnya JK menjadi cawapres kala itu, menurut Amien, masyarakat Indonesia bagian timur merasa terwakili untuk memilih pasangan yang akhirnya meraih kemenangan tersebut.

"(Masyarakat di Indonesia bagian timur) itu kadang-kadang terlupakan, kita selalu melebihkan yang di Jawa, Sumatra, mungkin Kalimantan, barat pokoknya," ujar pendiri Partai Ummat tersebut.

Bahkan, menurut Amien, pembangunan yang dilakukan pemerintah pusat juga lebih banyak dilakukan di Indonesia bagian barat dibandingkan dengan kawasan timur. Eks ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) itu menilai, fakta tersebut dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi Anies untuk menggandeng tokoh dari Indonesia timur.

"Tapi yang kedua mungkin kalau dipandang ada tokoh gender yang relatif mumpuni, itu juga sebuah good choice (pilihan yang baik)," jelas Amien.

Sebelum Partai Ummat, Anies sudah terlebih dulu didukung Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat. Meski begitu, Amien berharap bahwa seluruh partai politik tersebut dapat berkompromi bersama dalam menentukan siapa cawapres yang baik untuk dipasangkan dengan Anies.

"Kalau saya itu, daripada Partai Nasdem, PKS, Demokrat itu semua uder-uderan kalau bahasa Jawa, ingin masing-masing memberikan bakal calon wapresnya itu, itu mengapa mereka tidak kemudian berkompromi," ucapnya.

Amien juga menyinggung, meski ketiga partai politik itu tidak mengusung kadernya sebagai cawapres, namun masih peluang untuk bisa mendapatkan kursi DPR atau posisi lain.

"Kan bisa dirembug bareng-bareng. Bagi yang tidak mendapat cawapres itu mestinya kan akan mendapatkan kursi-kursi yang tidak kalah penting. Itu maksud saya begitu, Wallahualam, saya belum bertemu Pak Anies lagi," ujarnya.

Menurut Direktur Eksekutif lembaga Parameter Publik Indonesia (PPI), Ras Md menyatakan baik SYL maupun AAS merupakan figur alternatif dari wilayah timur.

Menurut dia, bagaimanapun, sejarah pasangan capres antara wilayah Jawa dan wilayah timur telah terbukti seperti SBY-JK dan Jokowi-JK.

"Hanya saja dari tiga figur capres saat ini hanya dua figur capres saja yang saya nilai ideal menggaet figur Indonesia timur, yaitu Ganjar dan Prabowo," ujar Ras, Selasa (2/5/2023).

Ras menilai, Anies dari perspektif geopolitik, lemah di wilayah Jawa terutama Jawa Tengah dan juga Jawa Timur. Tapi di wilayah Indonesia bagian timur, justru dukungan elektoral Anies cukup signifikan. Beda halnya dengan Ganjar dan Prabowo. Pilihan figur cawapres mesti di luar Pulau Jawa seperti Sumatera atau bagian timur.

"Pendapat Pak Amien Rais bisa tak sesuai dengan fakta politik saat ini. Anies akan makin kuat secara elektoral bila didampingi oleh figur dari Pulau Jawa," ujar Ras.

Adapun pengamat pemerintahan dari Universitas Hasanuddin, Andi Lukman berpandangan bahwa para capres harus melakukan kerja-kerja elektoral untuk mendudukkan suara-suara di kawasan timur Indonesia.

"Walaupun kita tahu Jawa merupakan basis elektoral yang kuat, tapi mensolidkan suara di kawasan timur itu bisa menjadi kunci kemenangan di kontestasi di Pilpres nanti," ujar Lukman.

Sehingga, kata dia, semua capres harus mulai membangun soliditas kader partai dan suara mereka di kelompok kelompok pemilih di kawasan timur ini dengan menggunakan pendekatan dengan melirik figur di KTI.

Menurutnya, figur-figur lain masih sangat cair, Prabowo dan Anies. Walaupun Anies sudah memenuhi syarat Pemilu dicalonkan dari tiga partai tapi masih ada dinamika di internal tiga partai ini. Lukman mengatakan, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi akan menjadi wilayah yang menentukan pada Pilpres 2024.

"Tiga figur mengincar wilayah timur, peluang melirik cawapres figur dari sini," kata dia.

Menurut Lukman, capres sangat terbuka untuk menggandeng figur dari kawasan timur demi meraup basis suara. Dia mengatakan, SYL dan AAS menjadi dua sosok yang patut dipertimbangkan.

Manajer Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI) Nursandy Syam mengatakan baik SYL maupun AAS, masing-masing memiliki integritas, kapabilitas, dan pengaruh yang tak diragukan lagi di Indonesia timur bahkan Nasional. Hanya saja jalan keduanya menjadi begitu terjal jika ingin membuka kans menjadi cawapres alternatif untuk Anies.

"SYL saat ini merupakan kader NasDem, jadi kemungkinannya kecil bisa dipasangkan dengan Anies yang saat ini dipandang sebagai figur yang saat ini juga merepresentasikan NasDem. Sementara AAS, hubungan dengan PKS memang terjalin dengan baik. Hanya saja elektabilitas AAS belum cukup menjanjikan untuk didorong sebagai cawapres," ujar Nursandy.

Dirinya menyebutkan Posisi cawapres akan sangat menentukan format koalisi dan kemenangan capres di Pilpres 2024. "Sehingga Anies akan sangat berhati-hati dalam menentukan cawapresnya," jelasnya.

Adapun pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Sukri Tamma menilai upaya NasDem Sulsel mendorong SYL bertarung di Pilpres tentu memiliki pertimbangan yang matang.

"Paling tidak jika isu yang muncul misalnya figur perpaduan Jawa dan luar Jawa, atau figur keterwakilan Indonesia timur. Maka SYL memiliki peluang untuk dapat masuk dalam bursa cawapres," kata Sukri.

Apalagi dengan posisi sebagai Menteri Pertanian saat ini, kata Sukri, tentu senantiasa berada di pusaran politik nasional yang dapat terpantau dan dilihat oleh masyarakat.

"Namun hal ini, tentu juga harus memperhatikan aspek lain, misalnya kepentingan partai politik pengusung, serta aspek-aspek yang menjadi kesepakatan bersama dari para partai yang nantinya akan berkoalisi untuk mengusung kandidat presiden dan wakil presiden," ucapnya.

Dirinya menyebutkan SYL masih menanti kecenderungan yang muncul sebagai pertimbangan partai politik lain.

"Selain hal tersebut tentu aspek lain terkait finansial juga akan menjadi aspek penting untuk dapat diperhatikan. Jika kemudian SYL diusulkan untuk diusung maka para pengusungnya tentu sejak awal sudah memiliki hitungan tersendiri pada aspek ini," bebernya.

"Sehingga dapat diasumsikan bahwa jika jadi diusung, maka SYL juga siap dengan aspek finansial, baik itu karena kepemilikan sendiri atau nantinya ada bantuan dari partai politik para simpatisannya," imbuh dia. (suryadi-fahrullah/C)

  • Bagikan