Bawaslu Sulsel Ajak Mahasiswa Hindari Informasi Hoax dan Isu Sara Jelang Pemilu

  • Bagikan
Komisioner Badan Bawaslu Saiful Jihad memberikan arahan saat sosialisasi partisipasi di hadapan mahasiswa lintas kampus pada kegiatan Sosialisasi Pengawasan Partisipatif Kepada Pemilih Pemula Pemilih Muda di Hotel Mercure Makassar, Jumat (8/9/2023). (Foto Fahrullah)

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sulsel mengajak kepada seluruh mahasiswa yang ada di Makassar untuk menghindari penyebaran informasi hoax dan isu SARA pada Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden 2024 nanti.

Komisioner Badan Bawaslu Saiful Jihad mengatakan penyebaran informasi tidak benar bisa memicu ketidakpercayaan masyarakat terhadap penyelenggara pemilu, bahkan bisa mengakibatkan perpecahan.

"(Hoaks) menghiasi ruang-ruang informasi yang sampai di kita. Dan banyak informasi tidak benar yang menyebabkan distrust terhadap penyelenggara pemilu," kata Saiful saat sosialisasi partisipasi di hadapan mahasiswa lintas kampus pada kegiatan Sosialisasi Pengawasan Partisipatif Kepada Pemilih Pemula Pemilih Muda di Hotel Mercure Makassar, Jumat (8/9/2023).

Saiful menekankan bahwa penyelenggaraan pemilu sebelumnya bisa jadi pelajaran soal bagaimana dampak hoaks. Dia mencontohkan di Pemilu 2019, sempat beredar informasi bahwa salah salah satu calon di pemilihan main mata dengan penyelenggara. Dampaknya, saat hasil pemilihan diumumkan, sempat terjadi keributan yang sampai menimbulkan korban luka-luka.

Saiful juga mencontohkan informasi hoaks lainnya yang sempat menyebar, yaitu soal KTP bagi warga negara asing (WNA) untuk digunakan sebagai Pemilu. Informasi seperti itu digunakan untuk menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara pemilu.

"Di 2019, konten paling banyak dikategorikan hoaks itu berkaitan dengan politik. Itu bahayanya," ujarnya.

Saiful Jihad juga menyampaikan tiga hal yang bisa membahayakan demokrasi. Selain hoaks, dua lainnya adalah pemanfaatan isu SARA serta politik uang.

Terkait isu SARA, kata Saiful, itu digunakan oleh orang atau kelompok tertentu untuk memecah-belah bangsa. Mereka menyebarkan informasi untuk mendiskreditkan kelompok yang dianggap berbeda, tidak sesuku, seagama, atau sevisi.

"Akhirnya hingga hari ini kita masih sering dengar istilah cebong dan kampret. Itu salah satu upaya memecah belah kita," bebernya.

Dengan ini Saiful meminta kepada Mahasiswa bisa membantu Bawaslu untuk memberikan edukasi soal pemilu

"Harapannya, jika kembali ke kampus, ke komunitas masyarakat, apa yang bisa kita lakukan untuk menjaga pemilu kita. Untuk menyebarluaskan informasi semacam ini, yang bisa mengedukasi teman-teman," tuturnya.

"Kenapa kita sampaikan ke mahasiswa, karena kita yakin mahasiswa masih memiliki idealisme yang kuat, punya harapan masa depan lebih baik. Maka tentu kita punya komitmen bersama menjaga proses demokrasi kia jadi proses sehat," jelasnya. (Fahrullah/B)

  • Bagikan